Volodymyr Zelenskiy, Presiden Ukraina saat berpidato. (Foto: Instagram Zelenskiy-Official)
Tunasnegeri.com – Invasi Rusia ke Ukraina berlangsung genap 32 hari. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, tampak kecewa berat hingga menuntut agar negara-negara Barat menyediakan sebagian kecil dari perangkat keras militer di tumpukan persediaan mereka ke negaranya.
Zelenskiy mengungkapkan hingga saat ini Kyiv tidak mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Padahal beberapa negara telah berjanji untuk mengirim rudal anti-baju besi dan anti-pesawat serta senjata ringan.
“Ini adalah tank untuk negara kita. Ini adalah pertahanan rudal. Ini adalah senjata anti-kapal. Itulah yang dimiliki mitra kami, itulah yang hanya mengumpulkan debu di sana. Ini semua tidak hanya untuk kebebasan Ukraina tetapi juga untuk kebebasan Eropa,” kata Zelenskiy, dalam pidato video, dikutip dari reuters.com pada (28/3/2022).
Zelenskiy menjelaskan, Ukraina hanya membutuhkan 1% pesawat NATO dan 1% tanknya. Karena tambahnya, tidak mungkin menghentikan serangan Rusia di pelabuhan selatan Mariupol yang terkepung tanpa cukup tank, kendaraan lapis baja, dan pesawat.
“Kami sudah menunggu 31 hari. Siapa yang bertanggung jawab atas komunitas Euro-Atlantik? Apakah itu benar-benar masih Moskow, karena intimidasi?,” ujarnya.
Zelenskiy telah berulang kali berpendapat bahwa Rusia akan berusaha untuk memperluas lebih jauh ke Eropa jika Ukraina jatuh. Namun NATO telah menolak seruannya untuk zona larangan terbang yang akan didirikan di atas Ukraina dengan alasan bahwa ini dapat memicu perang yang lebih luas.
Sebelumnya pada hari itu Zelenskiy berbicara dengan Presiden Polandia Andrzej Duda dan menyatakan kekecewaannya bahwa pesawat tempur buatan Rusia di Eropa Timur belum dipindahkan ke Ukraina, kata kantor Zelenskiy dalam sebuah pernyataan.
Zelenskiy juga mengungkapkan Polandia dan Amerika Serikat telah menyatakan kesiapan mereka untuk membuat keputusan tentang pesawat. Namun, Washington menolak tawaran mengejutkan dari Polandia untuk mentransfer jet tempur MiG-29 ke pangkalan AS di Jerman untuk digunakan untuk mengisi kembali angkatan udara Ukraina. (*)